ditulis dari akun Facebook yang bernama Giyan Potgieter. makasih bro ceritanya keren banget sumpah!. oke langsung saja simak ya gaes!
"Seorang anak kecil bertanya pada ayahnya; “Ayah, dapatkah kau jelaskan apakah politik itu?”
Ayah berkata,”Nak, aku akan menjelaskan seperti ini:
Aku adalah pencari nafkah bagi keluarga, jadi sebutlah aku KAPITALISME.
Ibumu, dia adalah pengatur keuangan, sehingga kita sebut dia PEMERINTAH.
Kami disini untuk memenuhi kebutuhanmu, sehingga kau kita sebut RAKYAT.
Bibi Pembantu, kita anggap sebagai BURUH.
Sekarang adikmu yang masih bayi, kita sebut dia MASA DEPAN.
Sekarang pikirkanlah hal ini dan pertimbangkanlah, apakah ini masuk akal bagimu?”
Aku adalah pencari nafkah bagi keluarga, jadi sebutlah aku KAPITALISME.
Ibumu, dia adalah pengatur keuangan, sehingga kita sebut dia PEMERINTAH.
Kami disini untuk memenuhi kebutuhanmu, sehingga kau kita sebut RAKYAT.
Bibi Pembantu, kita anggap sebagai BURUH.
Sekarang adikmu yang masih bayi, kita sebut dia MASA DEPAN.
Sekarang pikirkanlah hal ini dan pertimbangkanlah, apakah ini masuk akal bagimu?”
Anak tersebut masuk ke kamarnya dan memikirkan apa yang baru saja dikatakan ayahnya. Tengah malam, dia mendengar adiknya menangis, lalu dia bangun dan memeriksanya, dan dia menemukan adiknya basah kuyup dan kotor karena adiknya pipis dan buang air besar. Anak itu lantas pergi ke kamar orang tuanya, dan melihat ibunya sedang tidur nyenyak sambil mendengkur. Dia tak ingin membangunkan ibunya. Karenanya, ia pergi ke kamar pembantu. Pintunya terkunci. Dia mengintip dari lubang kunci, dan alamaaakk! Dia melihat ayahnya sedang bercinta dengan si pembantu.
Dia menyerah dan kembali ke kamarnya.
Pagi harinya, anak kecil itu berkata pada ayahnya; “Kurasa sekarang aku mengerti apa itu Politik.”
Ayah menjawab, “Bagus, Nak. Ceritakan padaku pendapatmu tentang politik.”
Si anak segera menjawab, “Ketika Kapitalisme sedang memanfaatkan Buruh dan Pemerintah sedang tidur pulas, Rakyat hanya bisa menonton dan bingung melihat Masa Depan berada dalam kesulitan besar.. Maaf, Ayah. Aku terpaksa menggunakan 'Bahasa Politik' karena tidak ingin mengecewakan Pemerintah.”"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar