---

---
Karena Langit Tidak Perlu Menjelaskan Bahwa Dirinya Tingggi :)))

Selasa, 21 April 2015

Merbabu Via Selo

Haloooo, apa kabar semuanya? Setelah sekian lama gue ngga update nih blog, akhirnya update juga. Kangen yah? Haha. Kali ini gue akan menceritakan perjalanan gue menuju titik tertinggi gunung merbabu atau biasa di sebut Puncak Trianggulasi dengan ketinggian 3142 mdpl (setelah sebelumnya gue gagal ke puncak, akhirnya kesampean juga.)

Oke, kita mulai. Bissmillahirrahmanirrahim..

03-04-2015

Pagi itu, di kost gue, udah ada 2 temen yang juga mau mendaki bareng. Namanya Gusti ama satunya lagi Uway, Uway adalah warga negara Thailand yang menjadi mahasiswa di ISI (bukan isis.). ketika waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi, mereka yang masih tertidur pulas langsung gue bangunin buat mandi-mandi dan cek perlengkapan.

Singkat cerita, tepat jam 07.00 pagi kami berangkat menuju boyolali. Oh iya untuk pendakian kali ini kami melewati jalur yang paling popular yaitu jalur Selo di boyolali (setelah sebelumnya via Wekas di Magelang, kami gagal karena trek nya yang terlalu ekstrim.) sekitar jam 08.45 kami sampai di basecamp merbabu “pak parman” disini kami langsung beli nasi goreng buat di makan (ya iyalah.) dan mengurus pendaftaran buat pendakian merbabu via selo.

Sekitar jam 09.45 pagi, kami bertiga langsung memulai perjalanan untuk menuju pos pertama atau POS I Dok Malang, untuk trek nya masih agak landai, hanya ada beberapa trek yang menanjak dan sedikit menguras tenaga, seingat gue selama perjalanan dari basecamp ke pos I kami hanya 7 kali istirahat (professional bro.) dan sekitar 1 jam berjalan dari basecamp, akhirnya kami sampai di Pos I Dok Malang. Kami beristirahat sejenak sambil ngobrol ngobrol sama rombongan pendaki lain yang juga kebetulan lagi istirahat disana, sekitar 15 menit istirahat, kami langsung melanjutkan perjalanan kembali menuju pos 2.

Perjalanan menuju pos 2 ini trek nya sudah mulai agak sedikit menanjak (kalimatnya ribet amat ya.) dengan tanjakan yang kalau musim kemarau sangat berdebu, dan kalau musim dingin sangatlah licin. Dari Pos I Dok Malang sekitar berjalan 1 jam 30 menit, akhirnya kami sampai di Pos II Pandean, disini kami istirahat buat shalat karena udah memasuki waktu dzuhur dan sekalian di jamak ke ashar. Sekitar 20 menit istirahat, kami langsung bablas terus menuju Pos III Watu Tulis.

Perjalanan menuju Pos 3 treknya sudah mulai sangat menanjak, hanya ada beberapa trek landai yang bisa kita buat untuk beristirahat, sekitar 1 jam berjalan dari Pos II Pandean, akhirnya tepat pukul 13.15 WIB kami menginjakkan kaki di Pos III Watu Tulis. Cuaca nya lagi kurang bersahabat waktu itu jadi ada beberapa pendaki yang memutuskan untuk nge camp disana, karena kami tidak mau mengulangi kesalahan yang sama (nge camp terlalu jauh dari puncak.) kami langsung bablas terus, menuju Pos IV atau yang biasa disebut Sabana I.

Dannnnn, inilah trek tersulit merbabu via Selo. Sumpah, SULIT BANGET. Udah tanjakannya curam, licin, pokoknya menanjak banget dah, nggak ada ampun. Biasanya para pendaki merbabu via selo juga menobatkan bahwa trek dari Pos III menuju sabana I adalah trek tersulit via Selo.
Setelah berjuang kira kira hampir 2 jam, Alhamdulillah, kami sampai di pu.. Sabana I (puncak mah masih jauh.) ketika kami sampai disana, cuaca sudah enggan bersahabat ama para pendaki, mungkin juga “alam” ngasih tau temennya yang namanya “cuaca” karena si Alam lagi dirusak. Mungkin gini dialognya:

“hey cuaca, lo bisa ngasih hujan ga ntar sore?”
“inshaAllah bisa, ada apa sih Alam?”
“gini lo, para pendaki ini bandel, dibilang jangan buang sampah sembarangan juga, masih tetap buang sampah sak penake dewe.” #upssss maaf keceplosan :))))
“wah jahat banget ya para pendaki, yaudah deh ntar gue turunin hujan sore ini.”

Yah, dan alhasil, di sabana I sudah mulai hujan rintik. Karena kami masih ingin lebih dekat dari puncak agar Summit Attack nya lebih gampang, kami langsung bablas menuju pos terakhir yaitu Pos V atau yang biasa di sebut Sabana II, Surganya gunung merbabu.

Dan sekitar berjalan 30 menit, akhirnya kami sampai di Sabana II, Surga gunung merbabu, Sabana gunung terindah yang pernah gue liat, pemandangan nya luas, terbuka,hijau, asri, ga bisa di temukan di Mall (ya iyalah.) dan sekali lagi, alam dan cuaca menunjukkan kemarahannya atas pendaki bawel, alhasil di Sabana II, gue dan teman teman yang lain terjebak Badai, ya, BADAI.

Gue (bertiga ama temen gue.) langsung numpang berteduh di camp para pendaki yang lain, Alhamdulillah, sejauh ini gue ga pernah nemuin pendaki yang musuhan ama pendaki yang lain, ketika gue berteduh di camp si sebut saja namanya Faisal (karena gue lupa namanya wkwk.) kami langsung ditawarin ngopi, ngerokok, dan makan. Sekitar 30 menit, akhirnya hujan reda dan kami langsung memasang tenda untuk mencegah badai kembali lagi dengan cepat. Setelah selesai memasang tenda, dan setelah semua barang masuk ke dalam tenda, kami langsung di guyur hujan dengan badai yang lebih ekstrim. Jadi kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan istirahat.

Tapi, namanya gunung, dimana mana gunung mah dingin ya. Jadi sekitar pukul 20.00 WIB terjadilah hal yang paling di takutkan, yang paling dibenci, dan yang paling dihindari oleh para pendaki, yaitu “Hipotermia” atau kedinginan yang luar biasa. Dan Gusti lah yang menjadi korban keganasan Hipotermia, jujur, gue takut banget kalo si Gusti mati di tempat, karena setelah dia ngomong “jar, gue kedinginan.” Dia gak gerak sama sekali, gue pegang tubuhnya juga ga ngerespons, trus malah tambah curiga gue. Dan gue coba mendengarkan pernafasannya, dan ternyata dia masih hidup.

“Anjir, masih hidup aja nih orang.”

04-04-2015, pukul 04.02 WIB.

Alarm gue sudah berdering keras. Dan juga para pendaki yang lain juga ngebangunin kita semua buat ngajak Summit Attack bareng, dan jam 04.10 WIB, kami langsung menuju pendakian terakhir menuju puncak yang biasa disebut Summit Attack. Sumpah, waktu itu dingin bangeeeeet, tapi gak sedingin sikapmu padaku.

Kalau perjalanan dari Pos III Menuju Sabana I adalah trek tercuram via Selo, kalau perjalanan dari Sabana II menuju Puncak gue nobatkan jadi “Trek Tiada Ampun.” Karena dari Sabana II itu trek nya turun sedikit, landai, dan sampai puncak akan terus menanjak, teruuuuuuus menanjak, ga ada ampun buat para pendaki yang mau istirahat walaupun sebenarnya bisa duduk di atas batu yang agak rata. Sekilas dalam hati mau nyerah, tapi yah bodo amat, gue udah jauh jauh nyampe disini, tinggal beberapa menit lagi ko. Dan berjalan sekitar hampir 1 jam stengah, didepan mata, kira kira 10 langkah lagi gue sampai di puncak titik tertinggi gunung merbabu, gue hampir meneteskann air mata (bukannya lebay, tapi gue ngerasa gimana gitu karena sebelumnya mendaki merbabu tapi gagal nyampe puncak.) dengan rasa semangat dan rasa capek yang tak tertahankan, tepat pada pukul 05.25 WIB, berbarengan dengan terbitnya matahari, gue sampai di puncak yang selama ini gue impikan, puncak tertinggi gunung merbabu, puncak terbaik untuk meliat gugusan gunung jawa tengah, ya, nama puncaknya adalah…. Puncak Trianggulasi dengan ketinggian 3142 MDPL.
Dan ketika kaki gue menginjakkan puncak Trianggulasi, gue langsung teriak sambil hampir meneteskan air mata

“PUUUUUNCAAAAAAAAKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Gue langsung sujud syukur, nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustakan? Kalian bisa meliat awan dari pesawat ataupun dari manapun, tapi apakah kalian pernah meliat awan dekat sekali dengan kita? Kalian juga bilang “buat apa mendaki, bikin sakit badan aja.” Dan bagi kalian yang bilang begitu, sesungguhnya kalian adalah orang orang yang Rugi. Karena, Alhamdulillah, tuhan gue, Allah menciptakan alam ini dengan keindahannya yang luar biasa, dan Indonesia adalah Negara yang paling beruntung karena memiliki pemandangan yang sangat luar biasa indah ini.

Ketika gue sampai puncak. Galau, letih, lesu, lunglai, lemas, lapar, sakit perut, capek, semua masalah, pikiran negative, semuanya langsung HILANG! Dan ketika sampai puncak, ber-ekspresi lah sesuka kalian. Karena tujuan utama pendakian adalah sampai kembali dengan selamat, puncak hanyalah sebuah bonus yang diberikan oleh Allah. dan inilah bonus yang diberikan oleh Allah, sangat indah, sungguh sangat indah, Allahuakbar.

Jangan lupa poto poto, pokoknya sesuka
kalian lah, karena inilah hasil perjuangan kalian beberapa jam untuk sampai puncak, melelahkan memang, cuman akhirnya indah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB, kami memutuskan untuk turun, namun kami meliat didepan mata sekitar 5 menit perjalanan ada puncak lain yang juga cukup terkenal biasa disebut puncak Kentheng Songo, kami memutuskan untuk kesana (nanggung bro, udah di puncak aja ya sekalian.) namun setibanya kami di Kentheng Songo kami tidak bisa menemukan plang atau Batu Sembilannya (mungkin banyak yg nge camp disana jadi plang atau batu sembilannya agak tersembunyi.) setelah 5 menit berada di kentheng songo kami memutuskan untuk turun kembali ke Sabana II tempat kami nge camp. nah kalau perjalanan turun ini agak cepat namun juga harus berhati hati karena treknya yang licin di akibatkan hujan malam tadi. Ketika kami sampai di camp kami, kami makan sejenak sebelum kami memutuskan untuk pulang kembali ke basecamp. Sekitar jam 09.30 kami memutuskan untuk turun, cukup cepat dibandingkan untuk naik, karena kalau ditotalkan dari pos I sampai Puncak adalah 6 jam, tapi kalau turun cuman sekitar 4 jam, sekitar jam 13.01 menit (lebih dikit gapapa yakale.) kami sampai di basecamp merbabu.

Alhamdulillah, kami bertiga sudah dilihatkan oleh Allah ketika kita berada di puncak kita hanyalah setitik kecil yang diciptakan oleh Allah, manusia itu dari tanah, kenapa masih banyak yang bersifat langit? Langit saja tidak perlu menjelaskan bahwa dirinya tinggi. Maka dari itu, yang membaca tulisan ini, ayo, kita sama sama mencintai alam, jangan dirumah terus, Indonesia itu Indah bro.

Dan sekitar jam 16.00 WIB gue sampai dengan selamat di kost dan mendapatkan kedua inti dari pendakian ; tujuan utama, dan bonusnya yang luar biasa.

ingin hilang ingatan

“Menghilanglah dari kehidupan ku, enyahlah dari hati yang telah hancur, kehadiran sosok mu kian menyiksaku. Biarkan disini ku menyendiri.”

Hari itu, hari terakhir gue mengikuti masa karantina (sebut saja begitu.) di kampus 3, alangkah senangnya karena gue bisa kembali menghirup udara segar setelah 4 hari di kurung (tidak boleh membawa alat elektronik.) dan pada hari itu juga, Masa Lalu yang sekarang sudah menjadi Masa Bodo, berjanji akan menjemput gue di muka gerbang Penjara Suci tersebut. Setelah selesai shalat ashar, dia sudah menunggu di depan gerbang, segera gue hampiri dia dan langsung naik ke Motor nya.
Di perjalanan, gue merasakan hal yang aneh. Persis seperti yang gue pikirkan ketika masa karantina 4 hari tersebut. Pada saat itu gue berpikir “setelah selesai karantina ini, gue yakin akan terjadi sesuatu yang tidak meng-enakkan. Yah mungkin saja orang ke-tiga dari pihak dia atau semacamnya.”
Sepanjang perjalanan pulang, kami diam, seribu bahasa. Tanpa ada bahasan, gue langsung di antar pulang ke kost, tanpa bicara sedikitpun, tanpa banyak bacot. Ketika sampai di kamar, gue langsung membuka laptop dan Stalking isi twitter si dia yang intinya ingin Move On entah ada pihak ke-3 atau semacamnya.
Singat kata, gue langsung sms tu cewek.

“ada orang ke-3 ya?”

“ngga ada.”

“terus?”

“iya aku pengen move on aja, tapi aku move on ini bukan atas kesadaran ku sendiri. Ada teman-teman ku juga yang ngasih alarm buat aku ‘bangun’ dari tidur.”

“hmmm yasudah, jaga baik dirimu ya. Kalau udah dapat pacar, bilang ke aku, kalau misalkan aku masih sayang sama kamu, silahkan balik lagi ke aku. Aku tetap terima kamu kok ”

Itulah sms terakhir dari gue, dan sama sekali tidak ada balasan setelah itu.

“pergilah bersamanya disana, dengan dia yang ada segalanya. Bersenang senang lah sepuasnya, biarkan disini ku menyendiri.”

2 hari sebelum dia menjemput gue, dia katanya mau jalan-jalan ke jogja bareng teman-teman smp nya. Gue langsung curiga, pasti dia mau ketemuan sama cowo yang dulu pernah deket sama dia. Sebenarnya gue waktu itu sudah punya gebetan baru, tapi gue masih mikir panjang ; Ngajak dia balikan / Nembak Gebetan? Akhirnya setelah 3 hari berturut-turut gue mikirin itu aja, gue putusin bahwa gue bakal ngajak tuh mantan balikan.

Tapi setelah kejadian yang katanya dia mau Move On dari gue, gue selalu nanya sama dia. Siapa yang lagi deket sama dia, tapi jawabannya apa?

“aku nggak deket sama siapa-siapa kok, kamu jangan asal tebak berhadiah gitu dong =D”

Dengan mudahnya dia ketawa ; entah ngeremehin atau memang dia tidak mempunyai gebetan sama sekali, tapi tetap saja, gue yakin kalau dia sudah deket sama tuh cowo yang dulu pernah dia taksir.Entah ini salah gue terlalu membuang waktu atau dia yang terlalu menyia-nyiakan kesempatan buat balikan dengan gue, yang jelas, jujur waktu itu gue sayang banget sama dia, dulu, entahlah, siapa yang tau?.

“Terlintas keinginan tuk dapat, hilang ingatan agar semua terlupakan. Dan ku BERLARI sekencang kencang nya, tuk melupakanmu yang telah berpaling.”

Apapun caranya gue lakuin agar galau / kesedihan gue ini berakhir, mulai dari karoke bareng temen, kejogja nonton konser, cerita sama sahabat-sahabat gue. Tetapi setiap kali gue udah mau bangkit, tiba-tiba kalau kebetulan ketemu dia di jalan, pasti langsung hancur lagi.

Pernah waktu itu, ketika gue pulang dari kuliah, entah mimpi apa gue malamnya. Pas lagi di jalan menuju kost, tiba-tiba tampak dari kejauhan sesosok bayangan masa lalu (ceileh.) mulai mendekat, gue ga mau negur, langsung tancap gas. Karena gue yakin kalau gue negur, pasti tambah hancur, semangat, gue.

Tetapi, gue beruntung memiliki gebetan yang super duper sabar kalau gue cerita tentang mantan gue. Dan akhirnya gue sadar, dialah yang selalu menjadi penyemangat, penghibur, pemberi nasehat (walaupun umur nya dibawah gue.) dan juga good listener. Dia datang disaat yang terlalu tepat, disaat gue udah rapuh, hancur, tertindas, difitnah, di caci-maki (oleh ulah oknum tertentu.), dia hadir merubah segalanya menjadi lebih indah (ini lagu ya (?) )

Gue berpikir : biarlah si Mantan bahagia sama gebetan + temen-temennya. Kalau gue berusaha melupakannya ; tetapi tidak bisa. Berarti gue bodoh, karena dia (baca: mantan) juga berusaha Mencintai gue ; tetapi tidak bisa. Biarlah, lebih baik gue membaca Buku Baru (baca: gebetan) daripada gue harus membaca Buku Lama lagi, yang kita semua udah tau Ending dari cerita tersebut seperti apa.

Tapi, emang bener kata Albert Einstein, Mantan itu kayak jelangkung : Pulang tak di antar, datang tak di jemput. (terserah gue lah mo Einstein mo siapa.) disaat gue udah mulai berusaha serius sama si gebetan gue …..

“yat”

Gue kaget, kenapa tuh orang sms gue lagi? dia malah datang lagi, jangan jangan mau bikin gue ga bisa move on nih…

“kenapa?” jawabku singkat.

“bla bla bla bla ……”

Gue berpikir dalam hati, kayaknya ni orang  di php gebetan nya deh jadi balik lagi ke gue.

“eh yat, kamu udah punya gebetan belum?”

“udah, kenapa memangnya?”

“gpp, orang sini ya?”

“bukan, dia orang Kalimantan selatan.”

“ohh iyaaaaa :3 eh.. seketika aku nyesal move on dari kamu.”

Bangsat.

“DISINI, KEMBALI, KAU HADIRKAN INGATAN YANG SEHARUSNYA KULUPAKAN, DAN KU HANCURKAN ADANYA!”

Sialan, ni orang emang niat bikin gue ga bisa move on yah. Walaupun gue serius sama gebetan gue, jujur dalam hati gue, gue masih sangat mencintainya (pada saat itu.) dan gue sangat berharap bisa kembali seperti dulu lagi, tetapi Alhamdulillah gue disadarkan oleh Akal Sehat temen-temen gue, dan Alhamdulillah lagi gue bisa menolak permintaan balikannya dengan cara Halus.

“terus?” Gue balas sms dengan sesingkat-singkatnya (karena jujur pada waktu itu, gue bete mampus.)

“ya mau bagaimana lagi, kamu udah deket sama orang lain juga, aku minta maaf juga ga bisa balikin keadaan.”

“makanya, jangan mudah terpengaruh oleh teman. Okelah kalau gebetan mu itu lebih ganteng, aku udah terima keadaan kok tenang aja , oh iya satu lagi. kalau kamu berantem sama pacarmu entar, jangan bawa-bawa temen yah, kasian dia ;).”

Sms terakhir dari gue mungkin adalah pukulan telak bagi si Mantan tersebut.
Memang, kenangan yang diberikan oleh-nya sungguh luar biasa. Entah kenangan itu menyakitkan, menyedihkan, rasa senang yang berlebihan, hadiah ulang tahun, dan masih banyak lagi. tapi yang lalu jadikan lah sebagai pelajaran. “bagaimana bisa kita mendapatkan hidup esok yang lebih baik, apabila kita selalu saja melihat masa lalu yang suram? Berjuang, bangkit.”

“letih, disini, ku ingin hilang,
ingatan……………”

03-10-2014 08.45 p.m. waktu Banjarmasin. Didepan kost gebetan gue,
“Kamu, mau gak jadi pacar aku?” tanpa ba-bi-bu lagi.
………………………………………………….
“aku tau kok, kamu itu suka sama aku dari dulu, ya pastinya kamu mau juga kan sama aku, yah?” belum dia ngomong udah gue tambahin.
“kenapa aku harus nerima kamu?”
“kalau kamu terima alhamdulillah, kalau nggga, ya gapapa juga sih.”

“iya deh, aku terima hehe.”
Begitu gampangnya gue diterima sama gebetan gue, sangat mudah.
Akhirnya, gue belajar dari satu point penting, bahwa membaca “Buku Baru” itu lebih menantang ketimbang balik membaca Buku Lama, yang ending nya selalu sama.
Karena dia (baca: mantan) gue jadi nyasar ke solo.
Karena dia, gue jadi pindah jurusan dari Farmasi ke Fisioterapi.
Karena dia, gue jadi “buta” akan cinta, mengindahkan pendidikan.
Tapi karena dia (baca: masih mantan.), gue sadar, kalo orang yang gue cintai sampai gue kejar ke Solo ini bukanlah orang yang Terbaik buat gue.
Alhamdulillah, dia(baca: pacar gue yang sekarang.) berhasil membuat hidup gue lebih bermakna, lebih indah, lebih berwarna.
Terimakasih.